Tahun 2015 menjadi penanda perkembangan financial technology (fintech) di Indonesia. Saat itu, kepercayaan masyarakat terhadap fintech mulai tumbuh, apalagi didukung berdirinya Asosiasi Fintech Indonesia. Dampaknya, perusahaan fintech mengalami kemajuan pesat dan sebagian besar sudah mengantongi izin otoritas jasa keuangan (OJK).
Izin OJK inilah yang menjadi acuan bagi pebisnis untuk memilih lembaga fintech. Selagi masih berlaku, menggunakan layanan fintech untuk permodalan bukan sebuah kesalahan. Sebagai referensi, berikut ini ada jenis-jenis fintech populer yang direkomendasikan.
Layanan P2P Lending
Peer to peer (P2P) lending merupakan cara memberikan pinjaman uang kepada suatu bisnis atau individu dengan bunga kompetitif. Plafon pinjaman yang disediakan layanan ini bervariasi; mulai dari nilai jutaan rupiah sampai puluhan juta. Biasanya, durasi pinjaman antara 3—12 bulan.
Baca juga: Tips Ampuh Biar Dapat Pinjaman Online yang Cepat dan Mudah
Sebagian layanan P2P lending menghendaki pengembalian dengan sistem tempo. Artinya, peminjam harus mengembalikan dana yang dipinjam plus bunganya di akhir masa pinjaman. Semisal, Anda meminjam Rp400 juta dengan bunga 18 persen per tahun. Pada tanggal jatuh tempo, pengembaliannya senilai Rp400 juta ditambah bunga Rp15 juta.
Baca juga: Biar Ga Terus Diteror DC, Ini 7 Cara Lunasi Pinjaman Online!
Kemudian, soal agunan, sebagian layanan P2P lending meminta sertifikat sebagai jaminan kredit. Namun, ada pula yang meminta agunan berupa inventori barang di tempat usaha peminjam.
Crowdfunding
Apakah Anda pernah memulai usaha dengan cara mengumpulkan dana dari keluarga atau teman-teman dekat? Teknik mengumpulkan dana untuk bisnis tersebut kini disebut crowdfunding.
Bedanya, crowdfunding memiliki jangkauan lebih luas daripada teknik mengumpulkan dana yang Anda lakukan. Artinya, siapa pun bisa mengikuti crowdfunding selagi memiliki akses ke platform atau aplikasinya.
Ada tiga jenis crowdfunding yang ada di Indonesia, yakni donation, reward, equity, dan debt. Donation crowdfunding merupakan pengumpulan uang menggunakan sistem donasi dari lembaga maupun perorangan. Tujuan crowdfunding tersebut biasanya murni untuk kegiatan sosial kemasyarakatan.
Sementara reward crowdfunding merupakan metode pengumpulan dana dari investor dengan cara menggunakan hadiah. Nilai hadiah atau imbal hasil tersebut tidak besar sehingga cocok digunakan oleh bisnis yang baru dirintis.
Selanjutnya ada equity crowdfunding yang menawarkan saham kepada investor. Biasanya, jenis crowdfunding ini digunakan oleh bisnis menengah dengan badan hukum koperasi maupun PT perorangan.
Terakhir, ada debt crowdfunding dengan pengumpulan dana untuk membiayai bisnis menengah ke atas. Umumnya, bisnis tersebut dibiayai hingga miliaran rupiah dalam tempo tertentu. Ketika mengembalikan dana, peminjamnya harus memberikan imbal hasil atau bunga.
Microfinancing
Microfinancing memberikan pembiayaan untuk bisnis skala kecil atau mikro. Persetujuan nilai pembiayaannya tergantung pada besaran transaksi dan kemampuan keuangan nasabah.
Dengan microfinancing, masyarakat menengah ke bawah yang memiliki bisnis bisa lebih berkembang. Jumlah pinjamannya tidak banyak, tetapi begitu bernilai bagi pebisnis dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Baca juga: Mau Dapat Bantuan Modal UMKM dari Pemerintah? Ini Syarat & Cara Daftarnya
Digital Payment System
Jenis-jenis fintech berikutnya adalah digital payment system yang menyediakan fasilitas pembayaran online untuk berbagai macam kebutuhan. Artinya, digital payment system ini tak hanya menawarkan fitur pembayaran belanja, tetapi juga melunasi tagihan pulsa, listrik, dan kartu kredit.
Baca juga: 9 Alasan Pilih Yukk untuk Bisnis, Bayar Mudah Pelanggan Betah
Digital Banking
Digital banking atau bank digital merupakan salah satu inovasi perbankan yang semua aktivitas bisnisnya mengandalkan saluran elektronik. Bank ini biasanya tidak memiliki kantor fisik, kecuali untuk perusahaan induknya. Ada pula yang memakai kantor secara terbatas.
Adapun layanan bank digital hampir sama dengan bank konvensional; bedanya tidak ada buku tabungan secara fisik. Bank digital menyediakan layanan mobile banking, internet banking, phone, serta SMS. Selain itu, memiliki rekening di bank digital tidak membutuhkan biaya pemeliharaan maupun administrasi lainnya.
Pinjaman Online
Bagi bisnis yang sedang berkembang, pinjaman online sangat membantu ketika membutuhkan tambahan modal. Pinjaman ini tidak membutuhkan agunan fisik untuk bisa mencairkan dananya. Saat pengajuan, Anda hanya perlu mengirimkan KTP, foto selfie, data pekerjaan, kartu keluarga, dan dokumen pendukung lainnya.
Pengiriman data itu pun dilakukan sepenuhnya melalui aplikasi. Setelah semua dokumen dan data lengkap, sistem pinjaman online melakukan verifikasi otomatis. Dalam hitungan menit, sistem mengeluarkan nominal dana yang bisa dipinjam. Biasanya, untuk peminjam baru, sistem otomatis memberikan nilai relatif kecil, mulai dari ratusan ribu rupiah.
Baca juga: Wajib Tahu! Ini 7 Perbedaan Pinjol dengan Pinjaman Konvensional
Namun, Anda harus waspada; tidak semua pinjaman online mengantongi izin OJK. Jika terjebak dalam pinjaman online ilegal, Anda akan lebih sulit keluar. Pasalnya, selain bunga tinggi, aplikasi tersebut kerap meneror melalui telepon maupun SMS. Bahkan, data Anda bisa disadap oleh pihak ketiga.
Kuncinya, jika mau meminjam, cek logo OJK di sampul aplikasi. Biasanya, logo OJK bersanding dengan AFPI. Kemudian, periksa juga penilaian dan testimoni para pengguna. Anda bisa memilih aplikasi pinjaman online dengan testimoni positif dan bintang 4 ke atas.
E-Aggregator
Fintech ini dapat digunakan untuk mencari informasi dan kinerja produk finansial tertentu. Nantinya, informasi tersebut bisa dimanfaatkan untuk memudahkan pengambilan keputusan investasi yang tepat.
Melalui e–aggregator, Anda juga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan produk finansial. Biasanya, situs e–aggregator memberikan pertimbangan dalam bentuk ulasan atau artikel.
Lalu, apa saja keunggulan menggunakan e–aggregator?
Keunggulan pertama, web aggregator tidak memungut biaya ketika pengguna melakukan pembandingan produk atau layanan jasa keuangan. Pasalnya, web tersebut telah membayar operasional perusahaan dari fee iklan produk yang dipasang oleh lembaga tertentu.
Selain itu, web aggregator menyediakan fasilitas pembuatan akun dengan username email dan kata sandi khusus. Dengan akun tersebut, web aggregator lebih mudah mengumpulkan informasi yang relevan dengan riwayat pencarian data pengguna.
InsurTech
InsurTech adalah gabungan asuransi dan teknologi canggih yang didukung oleh unsur finansial dari fintech Indonesia. Dengan teknologi tersebut, perusahaan jasa asuransi dapat memberikan pelayanan ekstra untuk menjangkau nasabah lebih luas. Bentuk pelayanan itu, antara lain distribusi produk, pembelian, penawaran polis, dan evaluasi data nasabah.
Teknologi InsurTech juga memudahkan nasabah yang ingin mengurus dokumennya karena tidak harus mendatangi kantor. Begitu pula saat calon nasabah mendaftar, prosesnya bisa dilakukan melalui e-commerce. Manfaat proteksi pun dapat disesuaikan tanpa harus menghubungi customer service atau agen asuransi.
Itulah jenis-jenis fintech populer di Indonesia yang sampai saat ini banyak digunakan oleh pebisnis pemula, terutama generasi milenial. Meski menawarkan berbagai kemudahan, Anda harus tetap waspada dengan tidak memberikan data penting kepada pihak ketiga. Data itu meliputi password, kode OTP, username, dan nama gadis ibu kandung.
Sebagai referensi, salah satu perusahaan fintech yang aman untuk mendukung aktivitas transaksi semua skala bisnis adalah YUKK. Melalui situs ini, Anda dapat melakukan berbagai jenis transaksi, seperti pengiriman uang, menerima pembayaran, dan fitur kasir. Tunggu apalagi? Cek situsnya sekarang dan lakukan perubahan.
Baca juga: Bukan Payment Gateway Biasa, Intip 9 Fitur Aplikasi YUKK Ini