Sebelum memutuskan menikah, penting untuk mengenali tanda finansial red flag pada pasangan untuk meminimalisir potensi perceraian. Banyak yang menyepelekan perihal masalah finansial saat masih berpacaran dan kemudian justru berujung perceraian setelah menikah. Sebab, kesulitan ekonomi pada akhirnya menjadi faktor pemicu pertengkaran paling besar dalam rumah tangga.
Merujuk data yang dimiliki oleh Biro Pusat Statistik (BPS), kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2022, sebanyak 24,75% atau tepatnya 110.939 kasus, disebabkan oleh permasalahan ekonomi. Hal ini membuktikan pengaruh besar stabilitas keuangan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Sebab itu, penting mengenali tanda-tanda red flag keuangan untuk mencegah perceraian terjadi.
Hobi Berhutang
Tanda pertama dari pasangan yang red flag terkait keuangan adalah kegemarannya berhutang. Baik kepada individu terdekat seperti pasangan, keluarga, rekan kerja, hingga instansi keuangan seperti bank dan fintech (pinjaman online – pinjol). Biasanya, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan atau gaya hidup yang lebih besar dari pemasukan.
Mengapa kebiasaan berhutang pasangan dapat menjadi mimpi buruk setelah menikah? Sebab, berdasarkan regulasi terkait pinjaman keuangan – khususnya yang bersumber dengan perbankan, tanggung jawab utang jika telah menikah berarti milik suami istri. Jadi, utang pasangan merupakan beban yang harus Anda lunasi juga.
Menolak Bicara Soal Uang
Tanda finansial red flag pada pasangan selanjutnya adalah ketidakterbukaan terkait keuangan alias tidak adanya transparansi. Setiap kali Anda mengajak untuk membicarakan topik tersebut, dia akan memilih untuk menghindar – bahkan tidak segan meluapkan kemarahan apabila Anda mendesaknya.
Mereka tidak memiliki keinginan untuk terbuka terkait arus keuangannya. Berapa penghasilannya, total pengeluaran, apalagi rincian secara mendetail. Hal ini tentu tidak sehat dalam suatu pernikahan. Sebab, bukan mustahil tiba-tiba Anda harus menghadapi tagihan fantastis atas pengeluaran pasangan yang tidak Anda ketahui sebelumnya.
Selalu Melakukan Pembelian Impulsif
Bukan membeli sesuai kebutuhan, namun sekadar menuruti keinginan – dan sifatnya sesaat alias impulsive spending. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menentukan skala prioritas terhadap pengeluaran sendiri. Selama masih ada uang yang tersisa di dompet, rekening, atau limit kartu kredit, mereka merasa bebas membelanjakannya.
Padahal, tindakan pembelanjaan impulsif semacam itu tidak dibenarkan dalam pernikahan. Sebab, sikap semacam itu akan mengakibatkan kesulitan untuk menabung demi persiapan masa depan. Tidak ada dana darurat juga yang siap jika terjadi sesuatu di luar prediksi.
Sering Berbohong tentang Keuangan
Selain tidak transparan terkait keuangan, berbohong soal finansial juga merupakan tanda finansial red flag pada pasangan. Contohnya, berbohong saat membeli suatu barang mahal seharga Rp5.000.000 namun mengaku hanya Rp300.000 saja atau justru sebaliknya – melipatgandakan harga aslinya sehingga jauh lebih mahal.
Padahal, kejujuran dalam finansial sangat berperan besar untuk kesehatan hubungan rumah tangga. Sebab, lebih mudah dalam mendiskusikan terkait keuangan – khususnya rencana jangka pendek hingga panjang terkait keuangan keluarga. Bila terus berbohong, bagaimana bisa mengatur perencanaan secara akurat!?
Memiliki Riwayat Kredit yang Buruk
Pasangan yang mempunyai riwayat kredit buruk – contohnya kredit macet pinjaman di bank, termasuk dalam kategori red flag. Sebab, hal itu menunjukkan manajemen finansialnya yang buruk alias ketidakmampuan untuk mengatur keuangan. Hal ini akan sangat merugikan Anda bila berlanjut dalam pernikahan karena akan terus terbawa dan mengacaukan perekonomian rumah tangga.
Tips untuk Berbicara dengan Pasangan Tentang Masalah Finansial
Menakutkan bukan jika memiliki pasangan yang termasuk dalam kategori red flag terkait keuangan? Sebab itu, sebelum menikah, Anda harus berusaha semaksimal mungkin membuat pasangan saling terbuka perihal kondisi finansial masing-masing. Memang bukan merupakan hal yang mudah, namun juga tidak berarti mustahil.
Berikut adalah tips untuk mengajak pasangan Anda agar mau terbuka dan berdiskusi tentang keuangan:
- Pilih waktu dan tempat yang tepat – utamakan ketika tengah relaks sehingga pembicaraan bisa mengalir dengan nyaman tanpa tekanan.
- Menjadi jujur dan transparan terkait kondisi finansial secara keseluruhan. Bukan hanya nominal gaji yang Anda miliki dan pengeluaran pribadi, namun juga keluarga yang mungkin masih menjadi tanggung jawab Anda.
- Mendiskusikan dan menyepakati nilai dan tujuan keuangan masing-masing. Sehingga, di kemudian hari tidak timbul pertikaian tentang perbedaan pendapat terkait topik tersebut.
- Menemukan solusi akhir untuk perbedaan yang terlalu mendasar tanpa melibatkan emosi.
- Membuat perencanaan keuangan bersama secara berkala yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak.
Namun, jika kemudian sudah mencoba langkah-langkah di atas tidak berhasil mengatasi tanda finansial red flag pada pasangan Anda, maka solusi akhir adalah dengan menggunakan layanan konsultan keuangan. Pihak ketiga yang merupakan seorang profesional dalam manajemen finansial yang membantu memberikan saran efektif dan memperoleh titik temu.
Baca juga: 6 Tips Jitu Cara Ajak Pasangan Bicara Tentang Keuangan
Sebagaimana peran konsultan tersebut, begitu pula YUKK yang berfungsi sebagai payment gateway yang dapat diandalkan – khususnya untuk UMKM Anda. Penagihan, pembayaran, dan pengiriman dari satu pintu juga dapat membantu mengawasi arus keuangan pribadi maupun badan usaha setiap saat secara akurat.
Baca juga: 9 Alasan Pilih Yukk untuk Bisnis, Bayar Mudah Pelanggan Betah