Perlahan tetapi pasti, cashless society tidak dapat dihindarkan. Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi digital. Kebiasaan masyarakat juga ikut mengalami perubahan, khususnya pada transaksi keuangan. Saat ini, masyarakat mulai beralih dari transaksi tunai menuju transaksi nontunai atau digital.
Nah, gaya hidup nontunai ini disebut dengan cashless society. Sebenarnya apa itu cashless society? Bagaimana awal kemunculannya di Indonesia, serta apa saja pro-kontra atas fenomena tersebut? Yuk, dapatkan semua informasinya di sini.
Apa Itu Cashless Society?
Kini, masyarakat Indonesia mulai menuju ke cashless society. Pasalnya, praktik transaksi nontunai sekarang makin populer karena dinilai lebih praktis dan efisien. Selain itu, banyak dompet digital serta uang elektronik bermunculan dengan berbagai penawaran menarik, seperti diskon atau cashback menarik perhatian. Nah, apa itu cashless society?
Ditinjau dari segi bahasa, cashless society berasal dari bahasa Inggris, yaitu cashless dan society. Cashless dapat diartikan nontunai, sementara society diartikan sebagai masyarakat. Jadi, cashless society merupakan masyarakat nirtunai yang mayoritas individu melakukan transaksi finansial menggunakan transfer digital menggunakan uang elektronik, mobile banking, internet banking, atau kartu kredit untuk bertransaksi.
Namun, sebelum marak di Indonesia, masyarakat nirtunai atau (cashless society) ini sudah berkembang di berbagai negara. Adapun negara-negara yang sudah menggunakan sistem nontunai adalah sebagai berikut:
- Amerika Serikat
Amerika Serikat mulai mengembangkan cashless society di tahun 1960-an dan bekerja sama dengan IBM. Transaksi nontunai pun berkembang pesat di Amerika Serikat. Bahkan masyarakat di negara maju ini menggunakan metode pembayaran lewat kartu kredit, kartu debit, dan aplikasi online atau e-wallet bernama Zelle.
- Inggris Raya
Negara selanjutnya adalah Inggris Raya. Inggris Raya memulai pembayaran nontunai di tahun 2017. Kartu kredit, pembayaran tanpa kontak, atau pembayaran online menjadi pengganti pembayaran tunai di Inggris. Sekarang sekitar 40 persen transaksi kartu yang dilakukan masyarakat di Inggris Raya diproses menggunakan Worldpay.
- Korea Selatan
Sejak tahun 2017 Korea Selatan mulai menerapkan sistem kartu prabayar untuk pembelian di supermarket. Pembayaran nontunai pun meluas ke penggunaan untuk transportasi publik. Sekarang, mayoritas masyarakat Korea Selatan menggunakan Naver Pay dan Kakao Pay untuk melakukan pembayaran.
- Cina
Salah satu negara yang melakukan pembayaran nontunai adalah Cina. Cina mulai menerapkan pembayaran nontunai sejak tahun 2010. Masyarakat di negara ini melakukan pembayaran nontunai melalui pembayaran uang digital dengan menggunakan kode QR yang ada di ponsel. Sebanyak 55% dari total transaksi dilakukan secara nontunai melalui aplikasi Alipay dan WeChat Pay.
- Kanada
Kanada mulai menjadi cashless society di tahun 2013. Tren ini dimulai ketika Kanada menghentikan pendistribusian uang koin. Dari hasil penghentian distribusi uang koin Kanada dapat menghemat pengeluaran negara sebesar 11 juta dolar Kanada per tahun.
Sejak itu pula 90% populasi Kanada melakukan transaksi nontunai dan 70% menggunakan kartu kredit untuk bertransaksi. Tak salah Kanada menjadi salah satu negara yang menggunakan sistem pembayaran nontunai terbesar di dunia.
Perkembangan Munculnya Cashless Society di Indonesia
Peningkatan transaksi nontunai mengalami peningkatan yang sangat pesat. Masyarakat bisa melakukan transaksi di mana saja dan kapan saja lewat ponsel pintar. Era cashless society di Indonesia diawali di tahun 2014 ketika Bank Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada 14 Agustus 2014.
GNNT ini bertujuan menciptakan sistem pembayaran online yang aman, lancar, dan efisien sehingga dapat mendorong sistem keuangan nasional bekerja efektif dan efisien. Selain itu, pembayaran nontunai bertujuan untuk meminimalisasi penggunaan uang tunai agar nilai mata uang tetap stabil. Nah, perpindahan atau pertukaran uang yang melibatkan sistem elektronik ini ternyata marak digunakan oleh kaum milenial.
Generasi milenial diyakini sebagai generasi yang melek teknologi dan dapat menyesuaikan dengan budaya baru. Mereka cepat beradaptasi dalam bertransaksi nontunai. Apalagi pembayaran melalui sistem elektronik, seperti pembayaran nontunai via dompet elektronik, kartu kredit, internet banking, dan mobile banking praktis untuk digunakan.
Hal ini terbukti dari tingginya nilai transaksi penggunaan uang elektronik di tahun 2022. Dilansir dari pernyataan gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, nilai transaksi uang elektronik naik menjadi 43,24 persen dan nilai transaksi digital banking naik menjadi 31,40 persen di tahun 2022.
Apakah Ekonomi Tanpa Uang Tunai Itu Lebih Baik?
Adanya peralihan dari masyarakat pengguna uang tunai ke masyarakat nirtunai menyebabkan pro-kontra di kalangan masyarakat. Meskipun fitur yang ada di ponsel pintar memudahkan transaksi nontunai, apakah masyarakat benar-benar dapat meninggalkan uang tunai? Berikut ini penjabaran tentang kelebihan dan kekurangan menjadi cashless society.
- Cepat dan Mudah
Salah satu kelebihan dari go cashless adalah proses transaksi lebih cepat dan mudah. Ketika ingin berbelanja, kamu tidak perlu datang ke toko. Cukup gunakan uang elektronik, mobile banking, atau internet banking dari ponsel pintar untuk membeli barang. Transaksi berhasil dan barang pun segera dikirim.
- Banyak Promo
Kelebihan lain yang sering dinikmati masyarakat nirtunai adalah banyak promo. Bagaimana tidak? Perusahaan digital umumnya bekerja sama dengan penyedia jasa atau merchant. Promo yang sering diberikan adalah dalam bentuk diskon, cashback, atau buy 1 get 1. Belanja jadi hemat dan lebih untung.
- Tidak Perlu Lagi Membawa Banyak Uang Tunai
Bertransaksi dalam jumlah yang sangat besar sering membuat khawatir. Nah, adanya dompet digital membuat transaksi dalam jumlah besar lebih aman dan yang pasti tidak perlu membawa uang tunai. Jadi praktis, kan?
Selain berbagai kelebihan di atas, ternyata go cashless juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan ini yang menjadikan kontra di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa kekurangannya.
- Kurang Terjaganya Keamanan
Salah satu kekurangan dari go cashless adalah kurang terjaganya keamanan. Seperti yang diketahui, melakukan transaksi nontunai pastinya mengandalkan kecanggihan teknologi. Meskipun dompet elektronik atau bank digital mengedepankan privasi dan keamanan data, tetapi masih saja terjadi kejahatan siber, seperti pembobolan data dan informasi, penipuan, bahkan pencurian identitas.
- Tidak Tersedia di Semua Merchant
Pembayaran virtual memang praktis, tetapi tidak semua toko atau merchant menerima pembayaran nontunai alias cash only. Hal ini terjadi karena potongan biaya administrasi setiap transaksi. Tentu saja biaya tambahan ini akan mempengaruhi pendapatan.
- Tidak Menjangkau Pengeluaran Tak Terduga
Kekurangan lainnya adalah ketika terjadinya pengeluaran tak terduga, pengeluaran tersebut harus menggunakan uang tunai. Misalnya, membeli kebutuhan dapur di warung tetangga. Untuk membeli barang-barang tersebut, warung biasanya menerima uang tunai. Begitu juga jika harus membayar parkir.
Baca juga: Penting Sekali! Ini 6 Alasan Kenapa Perlu Siapkan Dana Darurat
Inilah penjelasan apa itu cashless society, awal perkembangan di Indonesia, serta pro dan kontra ketika masyarakat go cashless. Nah, seiring dengan berkembangnya zaman, adaptasi harus dilakukan. Apalagi jika kamu ingin bisnis berjalan dengan lancar. Menyediakan berbagai metode produk pembayaran akan memperluas jangkauan pelanggan.
Salah satu cara mudah untuk dapat menerima berbagai metode pembayaran online adalah dengan bergabung di YUKK Payment Gateway. YUKK Payment Gateway menjadi solusi pembayaran online terbaik bagi UMKM Indonesia serta membantu memfasilitasi penerimaan berbagai metode pembayaran dari pelanggan. Selain itu, YUKK Payment Gateway juga dapat membantu mengirimkan dana ke berbagai tujuan dengan aman, mudah, dan cepat. Yuk, daftar di YUKK dan jadilah bagian generasi cashless.