Mirip-Mirip Sih, Tapi Paylater dan Pinjol Itu Beda Loh!

Bedanya paylater dan pinjaman online

Perkembangan teknologi dan peningkatan aksesibilitas internet membuat transaksi digital kian populer dan banyak digunakan di kalangan masyarakat. Dalam hal ini, istilah pinjol dan paylater pun kian popular di masyarakat. Namun, apakah paylater termasuk pinjol? Agar lebih paham soal perbedaan paylater dan pinjol, mari cek ulasan berikut. 

Berdasarkan Definisi 

Untuk mengetahui perbedaan paylater dan pinjol, kita bisa meninjaunya dari definisi masing-masing. Contohnya, seperti dikutip dari CNN, paylater adalah sebuah layanan yang memungkinkan masyarakat untuk menunda pembayaran atau berutang saat hendak membeli suatu barang atau jasa. Pembeli pun harus melunasi utang tersebut sesuai masa tenor yang sudah ditentukan.

Pengguna paylater juga akan dikenai bunga atau biaya untuk pinjaman yang diambil ketika membeli suatu produk/jasa saat belanja online. Besaran bunga atau biaya yang diberikan bergantung pada aturan yang ditetapkan oleh perusahaan pembiayaan yang bekerja sama dengan penyedia layanan paylater atau e-commerce yang menawarkan fitur tersebut. 

Kalau melihat sistemnya, tidak mengherankan jika banyak yang kemudian berpikir bahwa paylater dan pinjol adalah produk yang sama. Hal ini karena pada dasarnya, financial technology (fintech) seperti peer to peer (p2p) lending atau yang lebih dikenal dengan pinjaman online (pinjol) juga menyediakan fitur pinjaman instan. Artinya, masyarakat bisa membayar pinjaman tersebut nanti ketika sudah jatuh tempo.

Meski sekilas mirip, paylater dan pinjol sebetulnya adalah dua hal yang berbeda. Pasalnya, paylater lebih merupakan fitur dan bukan termasuk lembaga jasa keuangan seperti pinjol. Di Indonesia sendiri, layanan paylater bisa difasilitasi melalui beberapa platform jasa keuangan, seperti misalnya bank ataupun perusahaan penyedia pinjaman online.

Sebagai gambaran untuk memudahkan dalam membedakan paylater dan pinjol adalah sebagai berikut. Ani ingin membeli sebuah cermin rias seharga Rp1.000.000 di sebuah e-commerce yang kebetulan menyediakan fitur paylater. Ani pun dapat langsung membeli cermin yang diinginkannya tanpa harus membayar di awal. Dalam hal ini, pihak e-commerce akan menalangi pembayaran cermin itu terlebih dahulu kepada pihak seller. Dengan demikian, produk bisa langsung dikirim seller ke pembeli. Kemudian, pembeli akan diberikan batas waktu pelunasan sesuai tenor yang dipilih pada fitur paylater. 

Sementara itu, pinjol sendiri merupakan lembaga jasa keuangan yang fungsinya menyalurkan pinjaman tunai kepada masyarakat. Dana yang disalurkan kepada para peminjam didapat dari para pemberi pinjaman yang berinvestasi di perusahaan penyedia pinjaman online tersebut. Lender atau pemberi pinjaman pun akan memperoleh keuntungan dari bunga yang dibayarkan oleh para peminjam.

Berdasarkan Tujuan Pemakaian 

Perbedaan yang cukup jelas dari pinjol dan paylater bisa dilihat dari tujuan penggunaannya. Layanan paylater umumnya digunakan untuk tujuan konsumtif, seperti misalnya membeli produk yang dapat digunakan atau dikonsumsi. Sebaliknya, tujuan orang meminjam di pinjol tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan konsumtif,  sebagian juga memanfaatkannya sebagai utang produktif. Contoh dari utang produktif termasuk membeli barang atau aset yang nilainya akan naik dan menambah penghasilan di kemudian hari. 

Baca juga: Orang Kaya Banyak Hutang, Tapi Malah Tambah Kaya, Kok Bisa?

Ditinjau Dari Segi Keamanan

Dari segi keamanan, paylater dianggap lebih aman dibandingkan pinjol. Pasalnya, layanan paylater umumnya ditawarkan oleh e-commerce atau marketplace berskala besar. Pun, tidak semua pengguna e-commerce atau marketplace akan langsung bisa menggunakan fitur paylater. Hal ini karena pengguna harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan untuk bisa menggunakan layanan pembiayaan tersebut. 

Untuk mendapatkan persetujuan, pengguna biasanya harus memberikan informasi tentang identitas dan informasi keuangan mereka, seperti nama, alamat, serta informasi kartu kredit atau akun bank. Kemudian, pihak e-commerce atau merchant bersangkutan bakal meninjau informasi tersebut, guna memutuskan apakah mereka akan memberikan persetujuan kepada pengguna untuk menggunakan fasilitas paylater mereka. Hal itu tentunya membuat tingkat keamanan paylater lebih terjaga dibandingkan pinjol.

Di sisi lain, masih banyak ditemukan perusahaan pinjol yang tidak berizin di Indonesia sehingga konsumen harus benar-benar cermat saat hendak mengajukan pinjaman. Sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia, meski sudah banyak yang ditutup, Satgas Waspada Investasi (SWI) ternyata masih menemukan adanya 80 pinjaman online (pinjol) ilegal per Desember 2022. Karenanya, jika dilihat dari segi keamanan, lebih baik menggunakan paylater dibandingkan pinjol.

Tujuan Penyaluran Dana 

Baik itu paylater ataupun pinjol, keduanya memiliki fungsi yang sama, yakni sama-sama sebagai pihak yang menyalurkan pinjaman. Namun bedanya, layanan paylater hanya menyalurkan dana ke e-commerce atau marketplace, yang nantinya akan diteruskan ke penjual. Sebaliknya, penyedia layanan pinjol akan menyalurkan dananya langsung kepada nasabah yang mengajukan pinjaman.

Demikian ulasan seputar perbedaan paylater dan pinjol. Intinya, kedua fasilitas pembiayaan tersebut memiliki tujuan yang berbeda dan umumnya dipakai dalam situasi yang berbeda pula. Pinjol sendiri lebih cocok bagi individu atau usaha kecil yang membutuhkan dana tunai, sementara paylater lebih pas digunakan oleh pelanggan yang mau membeli barang tetapi ingin membayar tagihannya nanti.

Nah, bagi kamu yang hendak mengembangkan bisnis dan butuh solusi pembayaran online terbaik bagi UMKM Indonesia, YUKK Payment Gateway adalah jawabannya. Dengan dukungan payment gateway ini, kamu pun dipastikan akan memperoleh berbagai kemudahan dalam pembayaran dan pengiriman dana dalam sebuah platform yang terintegrasi. Untuk itu, segera kunjungi laman resminya guna melihat layanan apa saja yang ditawarkan oleh YUKK Payment Gateway!

1
like
0
love
0
haha
0
wow
0
sad
0
angry