
Pernah lihat garis-garis hitam putih pada kemasan produk saat kamu berbelanja? Itu disebut barcode. Setiap pola garis atau simbol menyimpan data, seperti nama produk, kode unik produk, harga, atau informasi stok. Barcode harus dipindai dengan barcode scanner, yang kemudian meneruskan informasi ini ke komputer atau sistem agar bisa dibaca oleh pengguna.
Kode batang ini memang terlihat sederhana. Namun, kode ini menyimpan informasi penting yang membantu pencatatan stok dan mempercepat transaksi di kasir. Teknologi ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, tapi hingga kini masih digunakan. Dengan alat pemindai, data dari barcode bisa dibaca hanya dalam hitungan detik, sehingga membuat proses bisnis lebih cepat, efisien, dan minim kesalahan.
Selain itu, sistem ini memudahkan pengelolaan persediaan dan melacak pergerakan produk secara akurat. Sistem ini juga membantu mengatur distribusi dan penyimpanan barang sehingga seluruh alur logistik lebih teratur. Dengan pengawasan yang lebih rapi, perusahaan bisa mengurangi kesalahan manual dan memaksimalkan efisiensi operasional. Tidak heran bahwa teknologi ini tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia bisnis modern.
Apa Itu Barcode?
Secara sederhana, barcode adalah kode batang berupa garis-garis vertikal hitam putih dengan ketebalan yang berbeda-beda. Garis-garis tersebut mewakili data tertentu yang bisa dibaca oleh mesin pemindai (scanner). Data yang tersimpan bisa berupa angka, huruf, atau kombinasi keduanya, sehingga memungkinkan informasi produk tersimpan dengan cepat dan akurat. Dengan kode ini, pencatatan dan pengelolaan data menjadi jauh lebih efisien dibandingkan dengan cara manual.
Barcode pertama kali diperkenalkan oleh Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland dari Universitas Drexel di Philadelphia, Amerika Serikat, pada tahun 1948. Ide ini muncul setelah mereka mendengar percakapan antara presiden sebuah supermarket lokal dan dekan fakultas teknik mengenai kebutuhan untuk otomatisasi pencatatan informasi produk. Teknologi ini dipatenkan pada awal 1950-an. Penggunaan komersial pertamanya terjadi pada 26 Juni 1974 di Marsh Supermarket di Troy, Ohio, Amerika Serikat, dengan produk pertama yang dipindai adalah sebuah paket permen karet Wrigley.
Seiring waktu, penggunaannya berkembang ke berbagai bidang, mulai dari inventaris gudang hingga sistem pembayaran di toko. Teknologi ini memungkinkan perusahaan melacak produk, mengatur stok, dan meminimalkan kesalahan manusia. Hingga saat ini, barcode tetap menjadi bagian penting dalam manajemen bisnis modern.
Fungsi Barcode

Barcode berfungsi untuk menyimpan dan mengolah data dengan cepat serta akurat. Informasi yang tersimpan dapat dibaca menggunakan scanner atau kamera khusus, sehingga produk bisa diidentifikasi secara instan. Di dunia ritel, sistem ini memudahkan pencatatan stok, mempercepat proses pembayaran di kasir, dan membuat pelayanan pelanggan lebih efisien. Selain itu, data produk dapat disimpan secara rinci, mulai dari harga, tanggal kedaluwarsa, hingga kategori barang, sehingga manajemen toko dapat mengambil keputusan lebih tepat.
Penggunaan kode batang tidak terbatas pada ritel saja, tetapi juga pada berbagai bidang lain seperti logistik dan kesehatan. Dalam logistik, teknologi ini mempermudah pelacakan pengiriman barang. Pada sektor kesehatan, teknologi ini membantu identifikasi obat atau rekam medis pasien. Dengan begitu, pemanfaatannya meningkatkan akurasi dan kecepatan pengolahan data sekaligus mendukung efisiensi dan produktivitas dalam berbagai sektor.
Tipe-Tipe Barcode
Barcode, seperti dikutip dari Gramedia, dibagi menjadi beberapa tipe. Masing-masing tipe memiliki karakteristik dan kegunaan khusus:
- EAN-13
Jenis ini terdiri atas 13 digit dan bisa dibaca scanner atau kamera. Umumnya digunakan di supermarket dan toko ritel untuk mempermudah identifikasi produk, pengecekan harga, serta pencatatan stok dengan cepat dan akurat. - UPC-A
UPC-A mirip dengan EAN-13, tetapi memiliki 12 digit angka. Barcode ini populer di Amerika Serikat dan membantu pengelolaan produk di toko menjadi lebih efisien serta transaksi lebih akurat. - Code 39
Jenis ini mampu menyimpan hingga 39 karakter alfanumerik. Code 39 cocok untuk produk dengan nama panjang atau inventaris yang memerlukan identifikasi lebih rinci. Biasanya digunakan di gudang, manufaktur, dan industri otomotif. - QR Code
Barcode ini bisa menyimpan hingga 4000 karakter alfanumerik. Kode ini banyak dipakai untuk pembayaran digital, akses informasi, website, atau menu digital. Kode respon cepat ini dapat dibaca menggunakan smartphone atau scanner khusus. - Code 128
Code 128 dapat menampung sekitar 110 karakter alfanumerik. Ideal untuk produk atau inventaris yang memerlukan informasi lengkap. Barcode ini mempermudah identifikasi data, pengecekan harga, dan detail produk lainnya secara cepat dan akurat, serta meningkatkan efisiensi operasional.
Cara Kerja Barcode

Setiap produk memiliki barcode yang dibaca oleh scanner. Scanner memancarkan cahaya pada garis-garis pada barcode, lalu sensor di dalam scanner menangkap pantulan cahaya itu. Garis hitam menyerap cahaya, sementara garis putih memantulkannya, sehingga sensor bisa membedakan pola garis-garis tersebut.
Setelah itu, scanner mengubah pola pantulan cahaya tersebut menjadi sinyal digital yang kemudian diterjemahkan komputer menjadi informasi yang bisa dimengerti. Misalnya, nomor produk, harga, atau jenis barang. Dengan cara ini, toko dapat mengecek produk, harga, dan stok dengan cepat, akurat, dan efisien tanpa harus mencatat manual.
Secara keseluruhan, barcode adalah teknologi sederhana, tapi sangat penting dalam pengelolaan produk dan inventaris. Dengan berbagai tipe dan metode pemindaian, proses identifikasi, pencatatan stok, dan transaksi menjadi lebih lancar. Selain mempermudah operasi toko atau gudang, teknologi ini juga mendukung manajemen distribusi dan sektor lain seperti logistik dan kesehatan, mengurangi kesalahan manusia, meningkatkan produktivitas, dan membuat proses bisnis lebih teratur serta profesional.
Baca juga artikel tentang: Apa Itu Kode QR dan Bagaimana Cara Membuatnya?