
Virus Corona mengubah segala-galanya. Yang dulu menjadi kebiasaan dan lumrah berubah menjadi menakutkan dan berisiko tinggi. Misalnya, berdekatan, berjabatan tangan, cipika-cipiki, berpelukan, dan lainnya. Semua itu berubah sejak Covid-19 mewabah.
Kini, menjaga jarak dan tidak melakukan kontak fisik adalah sikap yang menunjukkan rasa hormat dan cinta. Menjauh lebih baik daripada mendekat dan membuat orang sakit. Begitulah dasarnya.

Lalu bagaimana orang saling mengucapkan salam ketika bertemu? Kalau bukan jabatan tangan dan cipika-cipiki, lalu apa? Dunia punya cara untuk mengekspresikan cinta, hormat, dan kegembiraan itu. Salam ini disebut dengan “salam Corona”.
Di Bamako, Mali, orang punya cara menarik untuk bersalaman. Mereka saling menyapa dan bersenggolan bokong. Persis seperti yang dilakukan dua lelaki pada hari pemungutan suara parlemen pada akhir Maret lalu. Bersalaman dengan saling bersenggolan bokong lebih aman daripada berjabatan tangan.

Bersalaman dengan cara seling bersenggolan bokong tidak hanya terjadi di Mali. Di beberapa negara lain pun orang melakukan salam seperti itu. Salah satunya adalah Jerman.

Selain bersenggolan pantat, “salam Corona” lainnya adalah salam namaste. Salam seperti ini diambil dari gerakan namastedalam olahraga yoga. Orang yang baru selesai melakukan latihan yoga akan mengucapkan namaste sambil mengatupkan kedua tangan di dada. Gerakan ini dilakukan oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel, ketika menyambut Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, sebelum pertemuan di wisma tamu pemerintah Jerman di Meseberg, di luar Berlin, pada Senin (13/7) lalu.

Di Jerman juga orang bersalaman dengan kaki. Lihatlah Catalina. Perempuan itu mengangkat kaki kanannya dan “bersalaman” dengan temannya. Telapak kaki bertemu dengan telapak kaki.

Kalau di Jerman orang bersalaman dengan cara seperti hendak “menerjang” orang lain, di Oragadam, Tamil Nadu, agak berbeda. Sedikit lebih “halus”. Mereka bersalaman dengan saling menyentuh kaki.

“Salam Corona” lainnya adalah beradu siku. Salam seperti ini mulai familiar di beberapa negara. Di Indonesia, salam ini sudah dipraktikkan banyak kalangan. Mulai dari pejabat hingga masyarakat bawah.

Selain beradu siku, ada “Salam Corona” lain, yaitu beradu kepalan tangan. Salam seperti ini menjadi kebiasaan baru masyarakat Meksiko. Lihat saja bagaimana Kardinal Jose Francisco Robles Ortega bersalaman dengan seorang umat dengan cara beradu kepalan tangan di tepi danau di Chapala, negara bagian Jalisco, Meksiko, Minggu (12/7) lalu.
#YUKKpakeYUKK